“Keluar dari rumahku…!!!” teriak ayahku
sambil membentangkan telunjuknya kearah pintu.
Itulah kata2 yg selalu ku ingat, kata2 yg
sangat menyakitkan dan membuatku terpuruk.
“Sarapan
dulu Nak..!!” kata ibu dari dapur saat melihat aku buru2 memakai sepatu.
“udah
siang Bu, takut telat” jawabku.
“Putri,
sedikiiit aja..sarapan itu penting lho…!!” bujuk ibuku. Akhirnya aku nyerah, aku
tak sanggup melawan keinginan ibuku yg selalu lemah lembut dan penuh kasih
sayang.
Tiba
di sekolah, pintu gerbang hampir ditutup, “jangan dulu ditutup Pak…!!” teriakku
sambil lari, untungnya pak satpam sedang berbaik hati dan mau menungguku sampai
di gerbang. “makasih ya pak, bapak baik dech..” candaku. Pak satpam cuma mesem,
keliatannya dia aga kesel
Kegiatan
belajar terus berlangsung. Hari ini aku sangat tidak nyaman mengikutinya,
karena banyak harapan dan kecemasan yg terus mengganguku. Aku sangat berharap
hari ini akan mendapatkan kado paling istimewa dari ayah dan ibuku. Khan ada
istilah Sweet Seventeen, jadi aku sangat berharap di usiaku yang ke-17 ini akan
menjadi sweet. Dan cemasnya, hari ini aku takut di kerjai teman2 soalnya sudah
banyak korban atas kejahilanku tiap mereka ultah.
Akhirnya
bel berbunyi, tanpa nunggu teman2 aku langsung cabut dari kelas. Aku tengok
kanan kiri keliatannya ga ada gelagat yang mencurigakan dari mereka. Dengan
sedikit lega aku teruskan langkahku sampai keluar gerbang. “Syukurlah…ternyata
mereka lupa tanggal lahirku, jadi aku bisa selamat dari kejahilan mereka”
gumamku dalam hati.
Baru aku
bergumam, Tiba-tiba Byuuur…kepalaku di banjur seember air. Aku kaget dengan
kedatangan mereka yang entah dari mana. Belum juga kagetku hilang, Plak…plak…telur
mentah mendarat di kepalaku. “Wallaaah…kalian jahat banget sich…!!!” Teriakku
sambil lari menjauhi mereka, aku lihat ada yang bawa terigu segala dan pastinya
bakalan di sembur ke kepalaku, biar aku keliatan kayak ondel2. Mereka tertawa
puas melihat aku kena batunya. Aku langsung naik angkot dan meninggalkan mereka
yang gagal membumbuiku dengan terigu.
Turun
dari angkot aku ga sabar menunggu kejutan apa yang akan mereka kasih seperti
tahun2 sebelumnya, pasti sekarang akan sangat special pikirku.
Tiba di
depan pintu, aku mendengar ada kegaduhan yang ga begitu jelas.
“Assalamu’alaikum…”
Dengan ragu2 aku ucapkan salam sambil membuka pintu.
Tak ada
seorangpun yang menjawab salamku. Aku lihat ibu sedang menangis di pojok ruang
tamu, Ayah dan Kakakku sedang beradu mulut, lalu aku melihat ada seorang wanita
yang ga ku kenal sedang menunduk di kursi tamu.
“kamu
itu…koq mau2nya menikah dengan laki2 yang pantasnya jadi ayah kamu, apa kamu ga
tau kalau dia itu udah punya cucu” bentak kakakku pada wanita itu.
“kamu
jangan kurang ajar ya…jangan pernah kamu marahin dia karena dia tidak tau apa2”
kata Ayah balik marah, sambil melayangkan tangannya ke arah pipi kakakku.
“Tampar…tampar
saja ayah…belum puaskah ayah menyakiti ibuku dan kini ayah mau menyakiti darah
dagingmu sendiri demi wanita yang ga jelas asal usulnya” tangis kakakku
Ayahku
kian kalap, tangannya hampir mendarat di pipi kakak, tapi dengan secepat kilat
suami kakakku memegang tangan ayah.
“Ma’af
ayah…kalau berani jangan sama wanita…hadapi aku” tantang kakak iparku, meskipun ayah adalah mertuanya,
tapi kalau akan menyakiti istrinya dia ga bisa terima.
Entah
ayah ga berani menerima tantangan kakak iparku, entah bagaimana, akhirnya ayah
berteriak dengan keras, matanya merah dan melotot seolah bola matanya akan
meloncat keluar.
“Kalian
semua…keluar dari rumah ku…!!! Aku sudah ga butuh kalian lagi…!!”
“Ayo ibu, kita pergi dari sini…” kata kakakku
sambil memegang tangan ibuku yang dari tadi tak henti2nya mencucurkan air mata.
Ibuku hanya diam, seolah sangat berat untuk melangkah.
“Ayo
ibu…Ayah udah ga butuh kita lagi, buat apa ibu masih bertahan di sini…” paksa
kakakku.
“Baiklah
Ayah, kalau itu keputusan ayah, ibu pergi sekarang” Akhirnya ibu bicara.
Aku tetap
diam tak bergeming, terkesima dengan kejadian yang tengah terjadi
Kakak
iparku memboyong aku, karena aku merasa lemas tak berdaya
Akhirnya
kami pergi ke rumah nenek meninggalkan ayah yang masih bertolak pinggang.
Semua
saudara ibu berkumpul di rumah nenek, mereka sedang menceramahi ibu. Aku ga
ngerti urusan orang dewasa dan tak berani gabung dengan mereka, aku putuskan
untuk menyendiri di halaman belakang.
Ohh…inikah
hadiah sweet seventeenku…
Ternyata yang
semua orang bilang dengan istilah sweet seventeen itu tidak berlaku untuk
diriku. Tega sekali ayah memberiku hadiah ibu baru bagiku, padahal aku tidak
membutuhkan dua ibu. Bagiku, ibu hanya satu dan tak akan bisa terganti oleh
orang lain. Because for me, my mom is the
best mom in the whole world. Aku hanya bisa berdo’a agar ibu akan selalu
tegar.
“Aduuuh…Putriii…kenapa
kamu ujan2an,,ayo masuk nak, ibu bakalan sedih kalau nantinya kamu sakit” jerit
ibuku sambil menyelimutiku dengan handuk.
Kamipun
masuk ke dalam rumah meninggalkan alam yang seolah ikut bersedih menyaksikan
cobaan yang tengah kami alami.
SEKIAN
by
CdR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar